Menu

Dark Mode
Pesantren As Salafiyah Parappe dan GP Ansor Sulbar Keluarkan Maklumat, Tuntut Trans7 Dihentikan Tertimpa Pohon, Rumah Warga di Bonne-Bonne Butuh Perbaikan Gubernur Sulbar Ikuti Acara Akad Massal KUR, Ingatkan UMKM Pentingnya Jaga Komitmen BPBD Sulbar Terima Laporan Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Periode Dasarian III Oktober 2025 dari BMKG Wilayah IV Makassar Jurnalis Polman mengecam konten kreator mencopas Berita dijadikan Konten Dari Sulbar ke Yordania, CV Hikmah Surabaya Arang Lepas Ekspor 27 Ton Briket Arang Kelapa

Daerah

SUARA BUDAYAWAN MANDAR: JANGAN LUPAKAN NILAI PANCASILA DI TENGAH ARUS MODERNITAS

badge-check


					SUARA BUDAYAWAN MANDAR: JANGAN LUPAKAN NILAI PANCASILA DI TENGAH ARUS MODERNITAS Perbesar

Pancasila dalam perspektif kebudayaan saat ini memiliki tantangan besar akibat gelombang kemajuan dan transformasi dunia yang begitu cepat.

Sebagai ideologi yang lahir di tengah-tengah masyarakat Indonesia, kedudukannya sangat amat penting diterjemahkan dan dipraktekkan dalam kehidupan berbudaya.

Lahirnya pancasila tak menampik bahwa ia adalah sesuatu yang final yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat.

Menurut pandangan tokoh masyarakat dan budayawan Polman, Muhammad Syariat Tajuddin, mengatakan, Pancasila sebagai falsafah hidup masyarakat Indonesia lahir di tengah-tengah masyarakat yang tak terpisahkan.

“Karenanya dia adalah ideologi yang final dan lahir di tataran Nusantara, sangat mustahil untuk dipisahkan dengan masyarakat hari ini,” terang Muhammad Syariat Tajuddin.

Kendati begitu, karena Pancasila tumbuh dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi terjadi satu pergeseran yang harus dihadapi oleh masyarakat itu sendiri.

“Karena lahirnya ideologi-ideologi baru dengan kecepatan perkembangan zaman, maka kedudukannya sedikit terlupakan”.

“Penyebab karena maraknya industrialisasi, kapitalisasi, globalisasi dengan transformasi budaya begitu kencang, membuat kita menjadi kelimpungan,” tegas Syariat.

Fenomena itu menurut Syariat seolah masyarakat terpisahkan dari akar kebudayaannya sendiri. Olehnya itu, dia meminta dan menghimbau agar kedudukan Pancasila sebagai sentral nilai harus dikembalikan kepada posisi awalnya.

Olehnya itu, Ia berharap penuh agar pemerintah terus menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dengan terbentuknya Kementerian Kebudayaan sebagai wadah persatuan, terlebih kembali mempertegas kebudayaan masyarakat Indonesia dengan ideologi Pancasila.

“Hadirnya Kementerian KebudayaN adalah sejarah baru di pemerintahan ini, dengan begitu, ini merupakan momen penting untuk kembali
Memikirkan, memposisikan diri sebagai masyarakat yang berbudaya dengan Pancasila sebagai pedoman hidup bermasyarakat,” tutup Syariat Tajuddin.*

Facebook Comments Box

Read More

Pesantren As Salafiyah Parappe dan GP Ansor Sulbar Keluarkan Maklumat, Tuntut Trans7 Dihentikan

22 October 2025 - 22:06 WIT

Tertimpa Pohon, Rumah Warga di Bonne-Bonne Butuh Perbaikan

22 October 2025 - 11:55 WIT

Gubernur Sulbar Ikuti Acara Akad Massal KUR, Ingatkan UMKM Pentingnya Jaga Komitmen

21 October 2025 - 19:03 WIT

BPBD Sulbar Terima Laporan Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Periode Dasarian III Oktober 2025 dari BMKG Wilayah IV Makassar

21 October 2025 - 13:25 WIT

Jurnalis Polman mengecam konten kreator mencopas Berita dijadikan Konten

21 October 2025 - 11:15 WIT

Trending on Daerah